Jumat, 19 Februari 2010

Kopetensi Pembelajaran

Perbedaan Micro Teaching dengan Peer Teaching

Micro Teaching
Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar. Micro-teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau disederhanakan, yakni jumlah peserta didiknya dibatasi antara 5 sampai 15 orang, ruang kelasnya kira-kira setengah dari ukuran kelas biasa. Pelaksanaan pembelajarannya dibatasi antara 10 sampai 15 menit, ditambah dengan evaluasi pembimbing sekitar 5 menit per orang. Materinya dibatasi dengan beberapa sub topik bahasan yang disederhanakan. (amenk08.wordpress.com)

Tujuan Micro Teaching
  1. Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain.
  2. Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat.
  3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang lain.
  4. Mengembangkan sikap kritis.
  5. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mengajar dan komponen-komponennya.
  6. Mengenal kelemahan-kelemahan dan keliruan–keliruan dalam penampilan keterampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.
  7. Memberi kesempatan guru untuk melihat dan mendengar dirinya sendiri.
  8. Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi caranya mengajar berulangkali.
  9. Memungkinkan untuk membuat model cara mengajar.
  10. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan tidak tentu waktunya.
  11. Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti sebelum dikembangkan.
  12. Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai ketrampilan dan strategi mengajar.
Peer Teaching
Peer teaching dapat dikategorikan sebagai simulasi mengingat. Peer teaching adalah latihan mengajar yang dilakukan seorang mahasiswa dimana dia bertindak seolah-olah sebagai guru dan teman sekelasnya seolah-olah sebagai murid suatu sekolah tertentu. Peer teaching ini banyak dipraktekan siswa atau mahasiswa di sekolah calon guru, untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya, sebelum mengajar siswa yang sebenarnya pada saat praktek. (Search by bab x strategi pembelajaran dengan simulasi)
Metode ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki mahasiswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Metode Peer-Teaching ini diberikan sebagai berikut:
Pada akhir suatu bagian, misalnya akhir suatu bab, mahasiswa diberikan latihan yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya. Latihan ini harus dikerjakan oleh mahasiswa diluar jadwal. Materi pada latihan tersebut merupakan pertanyaan yang terstruktur dari prosedur yang mudah sampai prosedur yang bersifat konseptual. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memfasilitasi pembelajaran dan tidak berhubungan dengan nilai. Mahasiswa bebas untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan latihan tersebut. Mahasiswa yang dapat menyelesaikan latihan tersebut dan merasa percaya diri untuk menerangkan kepada temannya dijadikan dengan tujuan untuk menyusun tim pengajar teaching teams yang terdiri dari mahasiswa yang bersedia untuk menjadi volunteers teachers kemudian mendiskusikan semua pertanyaan yang timbul dari latihan yang telah mereka kerjakan sebelumnya. Setelah semua pertanyaan didiskusikan, mahasiswa dari teaching teams masing-masing membentuk suatu kelompok dari diluar teaching teams untuk dijadikan "peer”.
Mahasiswa dari teaching teams bertindak sebagai instruktur kepada anggotanya untuk menerangkan latihan yang telah diberikan sebelumnya (peer-teaching).Partisipasi student-students ataupun teacher-student merupakan kegiatan yang bersifat optional dan tidak berhubungan dengan nilai mahasiswa. Penilaian disini berasal dari individual assignment ataupun dari hasil ujian.
Esensi dari aktivitas ini adalah untuk mencari tempat dan waktu yang tepat baik untuk prepatory meeting ataupun peer teaching. Namun kuncinya adalah jika mahasiswa yang dijadikan volunteers teachers telah menyelesaikan latihan yang diberikan, maka prepatory meeting tersebut dilakukan dengan efektif tanpa membuang waktu. Keuntungan untuk mahasiswa yang berperan sebagai mahasiswa adalah remoteness yang menyebabkan mahasiswa enggan untuk bertanya pada kelas reguler dapat diminimalisir. Bukan hanya karena adanya jumlah anggota kelompok yang sedikit, adanya kesamaan usia dan gaya diantara peers membuat para anggota kelompok nyaman untuk bertanya mengenai materi yang ada sehingga memudhkan pembelajaran.Sedangkan untuk mahasiswa yang berperan sebagai teacher adanya metode ini akan semakin meningkatkan pemahaman mahasiswa tersebut akan materi yang ada. Selain itu dengan adanya kompetisi antara kelompok mendorong mahasiswa yang berperan sebagai pengajar akan meningkatkan kualitas kelompoknya.(www.amstat.org)

1 komentar:

  1. Masyaallah artikelnya Bagus
    Saya mau bertanya disini apa sih perbedaan peer teaching dengan micro teaching??

    BalasHapus